“Jika saya diberi panggung yang luar biasa, saya ingin menjadikannya berarti,” kata Patir di Instagram. “Saya merasa waktu untuk seni telah hilang dan saya harus percaya bahwa seni akan kembali.”
“Saya seorang seniman dan pendidik, saya sangat menolak boikot budaya,” lanjutnya. “Tetapi karena saya merasa tidak ada jawaban yang tepat, dan saya hanya bisa melakukan apa yang saya bisa dengan ruang yang saya miliki, saya lebih memilih untuk bersuara bersama orang-orang yang mendukung saya dalam seruan mereka, gencatan senjata sekarang, bawa orang-orang kembali dari penangkaran.”
Baca Juga: Iran Serang Israel, Sekjen PBB: Timur Tengah Berada di Ambang Kehancuran!
Israel memperkirakan 129 tawanan yang ditangkap selama serangan pimpinan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, termasuk 34 orang yang diduga tewas, masih berada di Gaza.
Setelah serangan tersebut, Israel melancarkan perang di Gaza yang telah menewaskan sedikitnya 33.843 orang dan melukai 76.575 orang, menurut pihak berwenang Palestina.
Serangan Israel telah menyebabkan lebih dari 80 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi dan membuat sebagian besar wilayah Gaza menjadi puing-puing.
Badan-badan bantuan telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan di beberapa bagian wilayah tersebut karena Israel terus memberlakukan pembatasan ketat terhadap pasokan bantuan kemanusiaan.
Ribuan seniman, kurator dan kritikus telah menandatangani surat terbuka yang menentang partisipasi Israel pada acara tersebut untuk memprotes perang di Gaza. Mereka yang menentang kehadiran Israel juga mengatakan mereka berencana melakukan protes di biennale tersebut.
Art Not Genocide Alliance, sebuah kelompok seniman dan pekerja budaya internasional yang menyerukan pengecualian Israel di Venice Biennale, mengatakan “tidak dapat diterima” untuk menampilkan karya seni dari suatu negara karena negara tersebut melakukan kekejaman terhadap warga Palestina di Gaza.