Petani di Sumedang Berteriak Kesulitan Pupuk, Penyuluh Pertanian Beri Solusi

17 Agustus 2023, 10:27 WIB
Petani di Sumedang berteriak kesulitan untuk mendapatkan pupuk /(PR Sumedang/Jaja)/

PR SUMEDANG - Teriakan para petani di Kabupaten Sumedang semua hampir sama "Kumaha masalah gemuk jadi sulit, rajen aya hese, jaba dijatah," yang artinya bagaimana  pupuk jadi sulit, kendati ada tapi dijatah. 

Begitulah, teriakan dan keluh kesah petani yang terpancar kepanikan diwajah petani, saat ini yang terjadi di Kabupaten Sumedang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian no. 10 tahun 2022, Tentang Tata cara Penetapan Alokasi dan Harga pupuk bersubsidi sektor pertanian, menyebutkan bahwa penetapan alokasi pupuk subsidi sudah ditentukan jumlahnya serta peruntukannya.

Baca Juga: Wow Keren! Reflika Fosil Gading Gajah dan Kura-Kura Zaman Purba sudah Dipajang di Kantor Pemda Sumedang

Hal tersebut, yang menjadikan petani merasa kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, kendati pun ada terkadang petani merasa tidak sesuai dengan kebutuhan.

Untuk mengatasinya, tidak perlu khawatir. Tentunya, tingkatkan kreativitas juga kemampuan dalam mengolah Sumber Daya Alam (SDA) yang ada.

Salah satu caranya, yakni dengan membuat pupuk buatan agar tidak selalu bergantung pada pupuk subsidi.

Rekomendasi Penerapan Paket Teknologi Inovasi Pupuk Padi (Sipukpa)

Dengan membuat pupuk buatan, ada nilai lebih yang didapatkan. Kualitasnya pun tidak kalah dengan pupuk subsidi.

Baca Juga: Dampak Musim Kemarau Dirasakan Petani Tomat di Pamulihan, Kabupaten Sumedang

Bahkan, pupuk buatan tidak akan menganggu kesuburan tanah. Dibandingkan, pupuk subsidi yang tanpa disadari akan merusak kesuburan tanah itu sendiri.

Hal tersebut, seperti di jelaskan oleh salah seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kabupaten Sumedang, Ade Yayan saat ditemui Pikiran Rakyat Sumedang di lokasi pertanian, Rabu, 16 Agustus 2023.

Menurut Yayan, sejak 2019 ia berdiskusi untuk mencari solusi atas menurunnya kualitas tanah pertanian, dimulai dari tanah yang asam disebabkan kandungan pH-nya rendah.

Selain itu, lapisan olah tanah sudah menipis, sehingga tanah tidak mampu menyimpan air dalam jangka waktu yang cukup lama.

Sehingga, hal ini berakibat membengkaknya penggunaan pupuk kimia yang tidak sebanding dengan peningkatan produktivitas. Serta di tambah lagi ada pembatasan alokasi pupuk bersubsidi.

"Inovasi itu lahir dari ruang diskusi bukan dari ruang Meditasi" ujar Yayan.

Baca Juga: Avanza Terbalik di KM 170 Tol Cisumdawu, Penumpang Selamat dan Sopir Harus Dirawat

Jenis pupuk buatan tersebut, namanya "Sipukpa Plus" yang merupakan alternatif solusinya dengan memberikan Rekomendasi Penerapan Paket Teknologi Inovasi Pupuk Padi (Sipukpa) yang terdiri dari :

1. Penggunaan Pembenah tanah Sipukpa pada fase pasca olah lahan dan seminggu setelah tanam
2. Aplikasi POC PSB pada fase Vegetatif
3. Aplikasi POC Generatif
4. Aplikasi Bio Oil Perlap untuk mengendalikan hama dan Penyakit

Adapun, hal itu terbukti sudah diaplikasikan dalam Paket Teknologi Sipukpa selama 6 Musim berturut turut, hingga memberikan hasil yang positif dengan pH tanahnya sudah mencapai 6,5 hasil ubinan pada panen musim ke 6 ini 6,4 kg Gabah Kering Panen (GKP).

Untuk mendapatkan pupuk ini, bisa membuatnya sendiri dengan pendampingan para penyuluh pertanian di daerah binaannya masing masing.***

Editor: Muhammad Sukri

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler