Serangan Iran ke Israel bakal Picu Potensi Kenaikan Inflasi, Ini Penyebabnya!

- 16 April 2024, 13:00 WIB
Iran Serang Israel, Para Demonstran: Kemenangan Allah Sudah Dekat
Iran Serang Israel, Para Demonstran: Kemenangan Allah Sudah Dekat /Majid Asgaripour/via REUTERS

PR SUMEDANG - Serangan Iran ke Israel pada Sabtu, 13 April 2024 malam lalu, dapat menimbulkan adanya potensi peningkatan inflasi Indonesia.

Demikian Ekonom yang juga Menteri Riset dan Teknologi RI periode 2019 -2021 Bambang Brodjonegoro.

Ia mengatakan, kekhawatiran akan peningkatan inflasi itu, utamanya disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), sebagai imbas dari eskalasi konflik di Timur Tengah.

Baca Juga: Iran Serang Israel, Sekjen PBB: Timur Tengah Berada di Ambang Kehancuran!

"Saat ini kita punya inflasi agak sedikit di atas target, terutama karena inflasi harga pangan bergejolak, terutama harga beras. Dengan adanya kejadian (konflik) Iran-Israel ini, tentunya bergantung pada seberapa jauh harga minyak akan melonjak," kata Bambang,

Ia katakan itu dalam diskusi "Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI" yang diselenggarakan oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter secara virtual, di Jakarta, Senin, 15 April 2024, sebagaimana dikutip Pikidan Rakyat Sumedang dari Antaranews.com.

Bambang memprediksi akan ada tekanan terhadap inflasi Indonesia yang sedikit lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh tiga faktor utama baik dari internal maupun eksternal.

Baca Juga: Timur Tengah Memanas Usai Iran Luncurkan Serangan Balasan ke Israel, Perang Dunia III Segera Terjadi?

Yang pertama, tingginya inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) yang masih menjadi faktor utama terhadap inflasi Indonesia.

Kedua, inflasi pada harga barang yang diatur pemerintah, seperti bahan bakar minyak (BBM) serta liquefied petroleum gas (LPG).

Ketiga, inflasi yang berasal dari luar negeri atau imported inflation yang disebabkan kenaikan harga-harga di luar negeri, pelemahan rupiah serta gangguan distribusi global.

Baca Juga: Iran Luncurkan Rudal Jelajah ke Wilayah Israel, Ali Khameini: Israel Harus Dihukum!

"Perkiraan saya kalau mengenai inflasi, ada tekanan inflasi yang akan lebih tinggi," ujarnya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan tingkat inflasi tahunan (year on year/yoy) terakhir pada Maret 2024 sebesar 3,05 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,99 pada Maret 2023 menjadi 106,13 pada Maret 2024.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengakui bahwa harga minyak dapat mencapai 100 dolar AS per barel akibat eskalasi konflik di Timur Tengah saat ini.

"Dengan adanya konflik baru ini, Iran dan Israel, ini (harga minyak) sebetulnya tidak jauh dari angka 100 dolar AS. Saya katakan sependapat, kemungkinan besar harga ICP naik 100 dolar AS (per barel)," ujar Tutuka.

Baca Juga: Dua Jenderalnya Tewas, Iran Siap Lakukan Balas Dendam yang Setimpal ke Israel

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian ESDM, ICP (Indonesian Crude Oil Price) atau harga patokan minyak mentah Indonesia per 12 April 2024 sebesar 89,51 dolar AS per barel.

Sebelum serangan Iran terhadap Israel, kata Tutuka, harga minyak sudah mengalami peningkatan kurang lebih 5 dolar AS per barel tiap bulannya.

“Kalau kita soroti ICP dari bulan Februari, sebetulnya dari Maret dan April naik terus. Kenaikan kurang lebih 5 dolar AS per bulan,” ujar Tutuka.

Baca Juga: Ada 4 Strategi Penanganan Inflasi Jelang Ramadan 2024 di Sumedang, Ini Strateginya

Saat ini, kata Tutuka melanjutkan, pemerintah masih menunggu respons dari Israel terkait serangan Iran.

Respons Israel nantinya akan menentukan apakah harga minyak dunia akan meningkat secara berkelanjutan atau spike.

Adapun yang dimaksud dengan spike adalah peningkatan harga secara tajam untuk sementara waktu sebelum kembali turun.***

 

 

Editor: Adang Jukardi

Sumber: Antaranews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah