PR SUMEDANG - Dalam tradisi Jawa dan Sunda, pada 10 hari terakhir bulan Ramadan, biasanya menggelar tradisi malam selikur.
Malam selikur merupakan tradisi untuk menyambut malam Lailatul Qadar yang menurut ajaran agama Islam terjadi pada tanggal ganjil di mulai pada malam ke-21, yang dikenal dengan malam selikuran.
Dalam bahasa Jawa, yang dinamakan "Malem Selikur" berasal dari kata malem yang berarti malam, dan selikur yang berarti dua puluh satu.
Baca Juga: Puasa Tinggal 10 Hari, Begini Cara Meraih Lailatul Qadar Menurut Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri
Dikenalkan Wali Sanga
Dilansir Pikiran Rakyat Sumedang dari berbagai sumber, Malam Selikur, diyakini telah ada sejak awal penyebaran agama Islam di tanah Jawa.
Pertama kali tradisi ini diperkenalkan Wali Sanga sebagai metode dakwah Islam yang disesuaikan dengan budaya Jawa.
Tradisi selikur diartikan sebagai "sing linuwih ing tafakur", artinya usaha untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.
Baca Juga: Niat Itikaf di Masjid Lengkap dengan Tata Caranya, Salah Satu Amalan di Malam Lailatul Qadar